Sabtu, 28 April 2012

Model pembelajaran roda pesertaan

Model pembelajaran roda pesertaan umumnya digunakan dalam kegiatan pelatihan, termasuk pelatihan bagi guru. Model pembelajaran ini, dikatagorikan sebagai model pembelajaran aktif. Model pembelajaran roda pesertaan merupakan cara belajar aktif, menarik, penuh partisipasi, dan tidak hanya untuk belajar, tetapi juga untuk meningkatkan kemampuan pembelajaran. Ada tiga tahapan roda pesertaan yaitu tahap persiapan dengan aktif, tahap penyampaian dengan aksi, dan refleksi dengan hikmah.

Tahap persiapan bertujuan mempersiapkan mental peserta untuk belajar. Mental peserta yang pasif dari segala rintangan belajar dihilangkan terlebih dahulu. Penciptaan sikap mental peserta dilakukan dengan memberi ice breakersIce breakers adalah aktifitas pendek penuh dengan humor yang ditunjukan pada semua peserta. Menurut Rae (2005) ice breakers adalah permainan sederhana yang membuat setiap orang tertawa, menikmati, rileks, dan cocok sebagai awal kegiatan yang lebih serius. Kegiatan ice breakers ini harus dapat merangsang keingintahuan (curiosity) pembelajar guna mengaktifkan motivasi dan otak.
Pada tahap penyampaian, ada hal yang mengancam dan harus dihindari, yaitu selalu mengawasi dan menyuapi peserta. Sikap seperti ini merupakan ancaman serius bagi proses belajarTahap penyampaian bertujuan mempertemukan peserta dengan materi belajar yang dilakukan secara aktif oleh peserta. Aktifitas yang paling umum dilakukan pada tahapan ini adalah tanya jawab.
Model partisipasi lainnya adalah diskusi kelompok, aktifitas kelompok terstruktur, studi kasus dan simulasi. Diskusi kelompok adalah perluasan dari tanya jawab, merupakan pembicaraan lebih dari dua orang terhadap suatu topik yang memiliki tujuan tertentu. Aktifitas kelompok terstruktur adalah kelompok peserta yang diberikan tugas melakukan kegiatan pada tempat berbeda-beda, dan pada waktu yang telah ditetapkan berkumpul kembali untuk melakukan pembahasan tentang hasil kegiatan. Studi kasus adalah aktifitas yang memberikan “contoh peristiwa” bagi peserta untuk dikaji, didiskusikan, dan diselesaikan. Simulasi adalah cabang dari studi kasus tetapi lebih berkembang, peserta harus melakukan peran. Tahap penyampaian mengunakan prinsip “Yang dikatakan dan dilakukan peserta adalah lebih penting daripada apa yang dikatakan dan dilakukan fasilitator”. Oleh karena itu model pembelajaran roda pesertaan mengunakan prinsip 30/70, kontribusi fasilitator 30% sedangkan kontribusi peserta 70%.
Tahap refleksi adalah proses penyimpulan dari pengalaman yang didapatkan pada kegiatan tahap pertama (persiapan) dan kedua (penyampaian). Proses refleksi membuat peserta memahami manfaat, kelebihan, dan kelemahan dari setiap tahapan kegiatan. Selanjutnya peserta dapat memperkirakan sikap dan tindakan bila menghadapi hal yang sama dikemudian hari.
Sumber:
Yanti Herlanti.(2008) Penerapan Model Pembelajaran Roda Pesertaan  Pada Pelatihan Guru Dan Pengajaran Calon Guru. Makalah Diajukan Pada Simposium Puslijaknov 11‐14 Agustus 2008