Sabtu, 05 Mei 2012

Pengaruh Pembinaan Guru dan Komunikasi Internal Terhadap Kinerja Guru SD Negeri di Gugus 9 Limbangsari Kec. Cianjur Kabupaten Cianjur


ABSTRAK


Di Susun oleh: Mimin Suharmi, M.M.Pd
  

Masalah yang menjadi kajian dari penelitian ini adalah mengenai kinerja guru. Inti dari kajianya difokuskan pada faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru, meliputi kemampuan membuat program pengajaran dan kemampuan melaksanakan  program pengajaran. Berdasarkan hal tersebut, pokok masalah yang diungkap dalam penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh Pembinaan Guru dan Komunikasi Internal terhadap Kinerja Guru, baik secara persial maupun secara bersama-sama.
                Metode penelitian yang digunakan adalah explanatory survey method, dengan teknik pengumpulan data angket skala lima kategori likert, terhadap 35 orang guru SD N se gugus 9 Limbangsari Kecamatan Cianjur Kab. Cianjur di lingkungan Dinas Pendidikan Jawa Barat. Angket yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari angket Pembinaan Guru sebanyak 15 item, angket Komunikasi Internal sebanyak 15 item dan angket Kinerja Guru sebanyak 25 item. Angket yang digunakan tersebut terlebih dahulu telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Teknik pengolahan data yang digunakan adalah regresi baik regrasi sederhana maupun regresi ganda. Uji signifikansi menggunakan uji-F dan uji-t.
                Hasil penelitian menunjukkan pengaruh variable pembinaan guru (X1) dan komunikasi internal (X2) terhadap kinerjanya secara bersama-sama adalah sebesar 31,4% ditunjukkan oleh nilai R-squarenya sedangkan sebesar 68,6% dipengaruhi oleh variable lain yang tidak didefinisikan pada penelitian ini.hasil dari unji F yaitu pengujian apakah variable pembinaan guru (X1) dan variable komunikasi internal (X2) berpengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja guru (y). nilai F-hitung sebesar 8,764 pada sig 0,001, mengindikasikan  bahwasanya nilai sig hitung adalah sudah lebih besar dari 0.05, bermakna bahwasanya hipotesa Ho dan hipotesa Ha ditolak, yaitu variabel Pembinaan Guru (X1) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variable Kinerja Guru (Y) pada tingkat kepercayaan 5%. Nilai t-hitung variable Komunikasi Internal (X2) sebesar 4,137 pada sig 0,000, mengindikasikan bahwasanya nilai sig hitung sudah lebih besar dari 0,05, bermakana bahwasanya Ho diterima dan ha ditolak, yaitu variable Komunikasi Internal (X2) berpengaruh secara signifikan terhadap variable Kinerja Guru (Y) pada tingkat kepercayaan 5%.
               
Kesimpulan sebagai berikut: Terbukti bahwa variabel Pembinaan Guru (X1) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variable Kinerja Guru (Y) pada tingkat kepercayaan 5%. Terbukti bahwa Komunikasi Internal (X2) berpengaruh secara signifikan terhadap variable Kinerja Guru (Y) pada tingkat kepercayaan 5%. Terbukti bahwa variabel Pembinaan Guru (X1) dan Komunikasi Internal (X2) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variable Kinerja Guru (Y) pada tingkat kepercayaan 5%. Akan tetapi secara bersama-sama, dalam hal ini variable Komunikasi internal yang berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Guru sedangkan variable Pembinaan Guru tidak signifikan berpengaruh terhadap Kinerja Guru.

                Berdasarkan pada hasil analisis dan pembahasan, peneliti dapat memberikan beberapa saran sebagai berikut: Dengan adanya pembinaan guru dan komunikasi internal ternyata kualitas kinerja guru hanya pada level cukup berkualitas, oleh karena itu kepala sekolah dipandang perlu untuk memberikan motivasi kepada guru untuk meningkatkan kualitas kinerjanya dalam rangka mewujudkan guru yang profesional.

The influenced of teachers Guide and Internal communication toward teacher performance at SDN in Gugus 9 Limbangsari Cianjur


ABSTRA
CT

 By: Mimin  Suharmi, M.M.Pd

 The problem of this research is about teacher performance. The core of this research is focused on the factors of influencing teacher performance, consist of the ability to arrange the teaching program and the ability to conduct teaching program. Based on that problem, the researcher wants to describe how far the influence of teachers guides and the internal communication toward teacher performance at SDN in Gugus 9 Limbangsari Cianjur.

The method of this research used explanatory survey method using collective data questionnaire of likert scale of likert category to the 35 teachers of SDN Gugus ( Limbangsari Cianjur district. The questionnaire of teachers guide is 15 items, the questionnaire for internal communication is 15 items and teacher’s performance is 25 items. Before using the questionnaire, te researchers has tested the validity and the reliability using F-tested and T-tested significant.

The result of this research shows that the variable of teachers guide (X1) and the internal communication (X2) toward teachers performance (Y) are 31,4 %, otherwise, 68,6 % is influenced by other variable that is indefinite. The result of f-tested is that testing toward teachers guide variable and internal communication has significant influence to the teacher’s performance (Y). The result of F-task is 8,764 for the 0.001 sig. it is indicated that the result of sig-task smaller than 0.05. it means that the hypothesis or Ho is refused and the hypothesis Ha is accepted that is teachers guide variable and internal communication. Both of those variables have significant influence to the teacher’s performance at the level of 5%. The result of t-test is that the test to the each variable that is teachers guide and internal communication has influence to the teacher’s performance. The result of t-test that teachers guide variable (X1) is 0,516 at the sig 0,6090, indicated that the result of sig task is 0.005, that has meaning, the hypothesis Ho is accepted and the hypothesis Ha is refused. It means that teachers guide variable (X1) and internal communication (X2) does not have significant influence to the teacher’s performance. The result of t task for internal communication (X2) at 4,137 at the sig of 0, 000, it is indicated that the hypothesis of Ho and the hypothesis of Ha is accepted, that is internal communication (X2) influenced significantly to the teachers performance variable (Y) to the level 5 %.

The result of this research is: it is proved that a teacher guide variable (X1) does not have significant influence toward teacher’s performance at the level of 5%. It is proved that internal communication (X2) has significant influence toward teacher’s performance at the level of 5%. It is also proved that teachers guide (X1) and the internal communication (X2) has significantly influence toward teacher’s performance at the level 5%. But both of variable have significantly influence toward teachers performance toward teachers performance, however, teachers guide does not have influence significantly toward school effectiveness.

Based on   the research result, the researcher can give some advice. It is necessary to motivate teachers to increase the quality of teacher’s performance by following education training and also increase their performance in order to be a professional teacher.


Sabtu, 28 April 2012

Model pembelajaran roda pesertaan

Model pembelajaran roda pesertaan umumnya digunakan dalam kegiatan pelatihan, termasuk pelatihan bagi guru. Model pembelajaran ini, dikatagorikan sebagai model pembelajaran aktif. Model pembelajaran roda pesertaan merupakan cara belajar aktif, menarik, penuh partisipasi, dan tidak hanya untuk belajar, tetapi juga untuk meningkatkan kemampuan pembelajaran. Ada tiga tahapan roda pesertaan yaitu tahap persiapan dengan aktif, tahap penyampaian dengan aksi, dan refleksi dengan hikmah.

Tahap persiapan bertujuan mempersiapkan mental peserta untuk belajar. Mental peserta yang pasif dari segala rintangan belajar dihilangkan terlebih dahulu. Penciptaan sikap mental peserta dilakukan dengan memberi ice breakersIce breakers adalah aktifitas pendek penuh dengan humor yang ditunjukan pada semua peserta. Menurut Rae (2005) ice breakers adalah permainan sederhana yang membuat setiap orang tertawa, menikmati, rileks, dan cocok sebagai awal kegiatan yang lebih serius. Kegiatan ice breakers ini harus dapat merangsang keingintahuan (curiosity) pembelajar guna mengaktifkan motivasi dan otak.
Pada tahap penyampaian, ada hal yang mengancam dan harus dihindari, yaitu selalu mengawasi dan menyuapi peserta. Sikap seperti ini merupakan ancaman serius bagi proses belajarTahap penyampaian bertujuan mempertemukan peserta dengan materi belajar yang dilakukan secara aktif oleh peserta. Aktifitas yang paling umum dilakukan pada tahapan ini adalah tanya jawab.
Model partisipasi lainnya adalah diskusi kelompok, aktifitas kelompok terstruktur, studi kasus dan simulasi. Diskusi kelompok adalah perluasan dari tanya jawab, merupakan pembicaraan lebih dari dua orang terhadap suatu topik yang memiliki tujuan tertentu. Aktifitas kelompok terstruktur adalah kelompok peserta yang diberikan tugas melakukan kegiatan pada tempat berbeda-beda, dan pada waktu yang telah ditetapkan berkumpul kembali untuk melakukan pembahasan tentang hasil kegiatan. Studi kasus adalah aktifitas yang memberikan “contoh peristiwa” bagi peserta untuk dikaji, didiskusikan, dan diselesaikan. Simulasi adalah cabang dari studi kasus tetapi lebih berkembang, peserta harus melakukan peran. Tahap penyampaian mengunakan prinsip “Yang dikatakan dan dilakukan peserta adalah lebih penting daripada apa yang dikatakan dan dilakukan fasilitator”. Oleh karena itu model pembelajaran roda pesertaan mengunakan prinsip 30/70, kontribusi fasilitator 30% sedangkan kontribusi peserta 70%.
Tahap refleksi adalah proses penyimpulan dari pengalaman yang didapatkan pada kegiatan tahap pertama (persiapan) dan kedua (penyampaian). Proses refleksi membuat peserta memahami manfaat, kelebihan, dan kelemahan dari setiap tahapan kegiatan. Selanjutnya peserta dapat memperkirakan sikap dan tindakan bila menghadapi hal yang sama dikemudian hari.
Sumber:
Yanti Herlanti.(2008) Penerapan Model Pembelajaran Roda Pesertaan  Pada Pelatihan Guru Dan Pengajaran Calon Guru. Makalah Diajukan Pada Simposium Puslijaknov 11‐14 Agustus 2008